Responsive Banner design
Home » » Kesadaran Politik Militer

Kesadaran Politik Militer



Militer adalah angkatan bersenjata dari suatu negara dan segala sesuatu yang berhubungan dengan alat-alat senjata atau kata lainnya adalah tentara. Militer biasanya terdiri atas para prajurit atau serdadu. Tentara Indonesia diorganisasikan dalam wadah Tentara Nasional Indonesia disingkat TNI. Sebelum bernama TNI, namanya adalah TRI dan sebelumnya lagi adalah BKR.

            Militer adalah termasuk hal yang penting dalam suatu negara, karena dengan kekuatan militer mereka bisa menjaga keamanan negara tersebut dari serangan-serangan pihak asing yang berasal dari luar. Setiap terjadi pemberontakan dalam negeri maka pasukan militerlah pihak yang paling pertama diturunkan, begitu pula ketika terjadi serangan dari negara-negara lain militerlah yang menjadi pilihan utama untuk melindungi negara. Maka militer seharusnya mendapatkan perhatian dari setiap pemerintahan suatu negara. Begitu pula dengan Indonesia, di negeri kaum muslimin ini seharusnya militer mendapatkan perhatian yang lebih untuk menjaga masuknya serangan-serangan asing yang mempunyai tujuan untuk memecah belah negeri. Di negeri ini, militer terbagi menjadi 3 bagian yaitu TNI AU (Angkatan Udara), TNI AL (Angkatan Laut) dan TNI AD (Angkatan Darat).

           Jika kita menganggap bahwa militer adalah hal penting dalam sebuah negara maka sejatinya kita harus memperhatikan tingkat keterampilan dan kemampuan mereka, khususnya dalam konteks ini adalah TNI AD. Keterampilan dan kemampuan TNI AD dilihat dari sisi budaya organisasi dan profesionalisme prajurit, masih perlu dikembangkan lagi. Mengapa?? Karena belum optimalnya  keterampilan, kemampuan, dan profesionalisme prajurit dan selain itu juga sebagai akibat dari kualitas dan kuantitas alutsista (alat untuk sistem senjata) yang terbatas, juga disebabkan pula kurang terarahnya pendidikan yang selama ini diberikan kepada prajurit di lingkungan lembaga pendidikan militer. 

        Menurut Mayjen TNI Syarifudin Tippe S.PI M.Si didalam makalahnya berjudul “Strategi Pengembangan TNI AD 25 Tahun Kedepan: Di Tinjau dari Perspektif Pendidikan”, beliau mengatakan bahwa kelemahan tersebut dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya adalah globalisasi informasi dan teknologi yang pesat membawa peluang kepada semua bangsa di dunia untuk mengembangkan diri dengan belajar berbagai ilmu pengetahuan yang berkembang di dunia. Permasalahannya tinggal bagaimana peluang tersebut direspons agar sumberdaya prajurit TNI AD menjadi terdidik dan mampu menangkap perubahan untuk kepentingan pembaharuan TNI AD. Dalam konteks itu, negara maju dan kuat, yang mendominasi percaturan politik internasional, baik secara unilateral maupun bersifat konspiratif, akan tetap berupaya mempertahankan eksistensi superioritasnya terhadap negara-negara di dunia. Supremasi di bidang ekonomi, Iptek, dan militer dijadikan sebagai alat penekan dengan memanfaatkan isu global, seperti demokratisasi, hak asasi manusia, lingkungan hidup, dan ancaman terorisme internasional yang sengaja diciptakan sebagai suatu sistem tata nilai dunia yang berlaku universal dan harus dipatuhi oleh semua negara.       

           Menurut beliau, kondisi ini menciptakan ketergantungan negara berkembang kepada negara maju, khususnya di bidang kemajuan teknologi informasi komunikasi dan alutsista. Negara-negara maju cenderung memaksakan kebijakan global yang menguntungkan mereka, termasuk memarginalkan negara-negara berkembang dalam transformasi ilmu dan teknologi dari negara maju, agar negara-negara berkembang, seperti Indonesia terus tertinggal di bidang ilmu dan teknologi, padahal pendidikan adalah prasyarat dari perkembangan dan kemajuan suatu bangsa dan negara. Ketertinggalan penguasaan teknologi senjata, informasi  dan telekomunikasi menjadikan sumber daya prajurit tertinggal dalam penguasaan penggunaan peralatan-peralatan militer. 

            Di sebuah situs yang menyajikan informasi mengenai kekuatan militer negara-negara di dunia yakni Global Fire Power menyebutkan bahwa negara yang mempunyai militer terkuat adalah Amerika Serikat, Rusia, dan Cina yang berada puncak teratas. Ketiga negara tersebut dianggap mempunyai kekuatan militer terbaik. Sedangkan Indonesia sendiri berada pada urutan 18 dunia, padahal Kopassus Indonesia berada pada urutan ketiga dunia.

              Memang kita harus memahami bahwa kekuatan militer tidaklah serta merta mengantarkan kita pada pemeilik puncak kekuatan dunia, karena masih ada faktor lain yang lebih mempengaruhi dibandingkan dengan kekuatan militer. Kekuatan itu disebut adalah kekuatan Ideologi. Keberanian Korea utara mengancam untuk menyerang Amerika membuat beberapa pengamat kaget dan tidak percaya dengan keberanian Korea Utara mengeluarkan ultimatum kepada Amerika, padahal kita tahu bahwa kekuatan militer Korea Utara sendiri tidak masuk dalam peringkat 20 besar dunia. Pertanyaan adalah apa yang membuat Korea Utara menjadi sangat berani menantang Amerika? Itu disebabkan karena Korea Utara adalah negara yang mempunyai Ideologi dan Ideologi itu adalah Sosialisme komunis.

           Sebagai negara komunis, Korea Utara punya kepentingan ideologis untuk membangun sebuah kekuatan untuk mempengaruhi dunia, sedangkan negara yang bisa menentang kepentingan korea utara tidak lain adalah Amerika Serikat yang menjadi panglima tertinggi yang membawa Ideologi Kapitalisme. Artinya jika kepentingan ideologi sudah di ganggu maka negara yang berideologi berbeda pasti akan memberontak dan melawan, itulah salah satu sifat dari sebuah ideologi membangun perlawanan...! 

           Karenanya sehebat apapun kekuatan militer Indonesia sebenarnya tidak serta merta membuat Indonesia menjadi negara yang bisa mempunyai pengaruh yang signifikan untuk dunia. Ini juga mempertegas bahwa Indonesia merupakan negara yang tidak mempunyai kejelasan Ideologi. Jika konsisten dengan Ideologi Pancasilanya seharusnya mereka menolak dominasi Amerika terhadap negaranya sendiri. Argumentasi dari Mayjen TNI Syarifudin bahwa adanya dominasi negara-negara maju terhadap negara-negara berkembang itu tidak lain adalah dominasi Amerika sebagai negara penjajah kepada Indonesia sebagai negara yang dijajah. Jika Indonesia masih merasa tenang-tenang saja dengan adanya dominasi Amerika terhadap dirinya, itu membuktikan dua hal, pertama, Pancasila bukanlah Ideologi yang bisa melawan imperialisme barat dan yang kedua adalah Indonesia saat ini sejalan dengan Ideologi Amerika. Padahal kemuliaan apa yang didapat oleh negara ini dengan mengambil kapitalisme sebagai ideologinya...?

             Jika demikian, maka harusnya tentara menyadari bahwa saat ini kekuatan militer mereka tidaklah berpihak pada rakyat tetapi malah berbelok menuruti keinginan Amerika dengan Ideologinya. Saat ini bukan hanya karena alutsista militer kita yang lemah, tetapi juga kesadaran politik militer kita yang lemah, padahal inilah yang paling penting. Tentara hanya diarahkan untuk melakukan latihan dan berperang kemudian menerima gaji, tanpa perlu memikirkan kenapa mereka berperang, untuk apa mereka berperang dan kemuliaan apa yang mereka dapatkan dalam berperang...? Oleh karena itu, kesadaran politik  yang harus dibangun dari militer tidak lain adalah kesadaran politik islam. Itu akan selaras dengan terbangunnya Ideologi Islam yang kokoh untuk melakukan perlawanan kepada imperialis Amerika. Dengan Islam, mereka akan berperang untuk melindungi negeri kaum muslimin dan membela rakyat dan inilah jihad dalam Islam, dan mereka hanya mendapatkan dua pilihan syahid dalam medan perang atau hidup dengan kemuliaan.

            Ketika rakyat sudah menginginkan perubahan revolusioner, maka mereka membutuhkan kekuatan yang riil untuk mempercepat perubahan tersebut sampai pada tujuannya, dan kekuatan itu terletak pada militer. Perubahan ke arah Islam pun membutuhkan militer, maka kesadaraan politik itu harusnya membuat militer pula sadar bahwa mereka yang tetap diharapkan oleh umat Islam untuk melakukan perubahan.  Tidak hanya tentara, rakyat juga harus menyadari hal tersebut karena tentara-tentara ini lahir dari rakyat, rakyatlah seharusnya yang menjadi kontrol awal dari militer karena militer ini adalah milik rakyat. 

         Bagaimana dengan mahasiswa? Mereka berada sebagai pemicu dari perubahan tersebut, dan masyarakatlah yang mendukung, dan untuk melakukan perlawanan dengan benturan kekuatan yang lebih besar militer adalah kekuatan yang tepat untuk menghadapi kekuatan tersebut. Ingat, selalu ada konsolidasi kekuatan mahasiswa, rakyat dan kekuatan militer dalam perubahan revolusioner, dan kekuatan itu harus menyatu,  maka serangan dakwah seorang pengemban dakwah bukan hanya pada rakyat dan mahasiswa serta mengabaikan militer. Setiap elemen ini menjadi penting untuk menjadi serangan pengemban dakwah agar kesadaran poltik itu sama dan selaras untuk perubahan menuju Islam.


Imaduddin Al Faruq

Aktivis Gema Pembebasan
Kota Bandung

  

0 comments:

Post a Comment