Komisi Pemilihan Umum berharap semua
pihak termasuk mahasiswa dapat berkontribusi dalam setiap tahapan
penyelenggaraan pemilu. Untuk itu, diperlukan pemahaman yang utuh terhadap
penyelenggaraan pemilu sebagai modal dalam melakukan sosialisasi dan edukasi
kepada masyarakat.
Mahasiswa yang saat ini sangat akrab
dengan media sosial seperti facebook, twitter, blog dan lain sebagainya
diharapkan dapat membantu sosialisasi dan edukasi penyelenggaraan pemilu. Berbagai
jenis media sosial yang ada saat ini sangat efektif sebagai alat sosialisasi.
Harapan dari KPU itu sendiri adalah mahasiswa dapat membantu KPU melalui media
sosial tersebut strategi yang ampuh saat ini untuk mendorong mahasiswa
meningkatkan partisipasi masyarakat dengan cara mengajak mereka berpartisipasi
secara langsung atau intinya menjadikan mereka sebagai bagian dari pelaksana
sosialisasi pemilu.
Pada pemilu 2009, pihak KPU bersama
sejumlah anak UI pernah mendatangi pasar dan pusat-pusat keramaian untuk
melakukan sosialisasi pemilu. Para mahasiswa itu datang dan menemui masyarakat
untuk menanyakan berbagai hal terkait dengan penyelenggaraan pemilu baik
tahapan maupun calon-calon yang akan ikut bersaing memperebutkan kursi DPR, DPD
dan DPRD dan Presiden atau kepala daerah. Awalnya memang ada resistensi karena
para mahasiswa tersebut dianggap bagian dari salah satu partai, tapi setelah
lama-kelamaan masyarakat tahu bahwa itu adalah mahasiswa dari UI. Meskipun
demikian Mahasiswa perlu memahami substansi dan tahapan penyelenggaraan pemilu
sehingga dapat mengajak yang lain untuk berpartisipasi.
Mahasiswa
sebagai Target Pasar Suara Partai Politik
Jumlah mahasiswa Indonesia saat ini baru 4,8
juta orang. Bila dihitung terhadap populasi penduduk berusia 19-24 tahun, maka
angka partisipasi kasarnya baru 18,4 persen dari jumlah penduduk Indoensia yang
ada. Untuk
konteks untuk Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Barat (Pilgub) 2013
sekurang-kurangnya DPT berjumlah 32.646.908 orang. Jumlah DPT mencapai 32,646
juta lebih itu menunjukkan adanya kenaikan 383.511 dibanding DPS (daftar
pemilih sementara) yang ditetapkan KPU Jabar bulan lalu sebanyak 32.263.397
orang.
Di Jawa barat sendiri terdapat 61 Universitas,
29 Politeknik, 188 Sekolah Tinggi dan 105 Akademi, total dari semua itu ada
sekitar 383 perguruan tinggi. Ada empat Perguruan Tinggi Negeri yang besar di
Jawa Barat, yakni Institut Teknologi Bandung (ITB), Universitas Padjajaranpad),
Institut Pertanian Bogor (IPB), dan Universitas Pendidikan Indonesia
(UPI). Pada tahun ajaran 2009/2010,
jumlah mahasiswa di ITB 18.652, di IPB 19.778 dan di UPI 35.279 orang,
sedangkan jumlah mahasiswa baru di Unpad 9.346 orang. Namun dari semua itu,
perkiraan jumlah mahasiswa di jawa barat tidak lebih dari angka satu juta
orang. Jika tidak sampai pada satu juta maka sejatinya mahasiswa bukanlah
target utama pasar (suara) partai politik.
Posisi
dan peran mahasiswa dalam pemilu.
Kalau kita menggambarkan piramida masyarakat
dalam konteks kontrol sosial maka posisi mahasiswa sendiri sebenarnya berada
pada Midle class (kelas pertengahan). Posisi “kelas tengah ini artinya
mahasiswa ada berada pada posisi pertengahan antara penguasa dan masyakat.
Sehingga jika ditanyakan apakah posisi mahasiswa ini strategis, maka tentu
dapat kita katankan bahwa posisi mahasiswa ini snagat strategis.
Gambaran strategis ini di
karenakan, mahasiswa berada pada posisi
yang akan menyampaikan aspirasi masyarakat yang kepada penguasa, sepenuhnya
kepercayaan masyarakat akan di berikan kepada mahasiswa karna masyarakat
menganggap bahwa mahasiswa adalah satu elemen masyarakat yang idealis dan akan
siap membela hak-hak dan kepentingan masyakat. Atau dengan kata lain
mahasiswalah yang akan membela mati-matian rakyat atas kezaliman penguasa.
Disatu sisi, elit politik baik itu yang
tidak tergabung dengan partai politik maupun yang tergabung dalam partai
politik membutuhkan dukungan/suara masyarakat untuk mengantarkan mereka menujuk
puncak kekuasaan. Artinya, salah satu cara untuk masuk ketengah masyakat para
elit politik membutuhkan mahasiswa untuk menjadi corong mengkampanyekan diri
mereka, agar diri mereka di kenal dan dan didukung oleh masyarakat. Nah, yang
harus di pahami adalah salah satu cara bagi elit politik untuk mengambil hati
mahaiswa untuk menjadi corongnya adalah dengan mengiming-imingkan harta dan
tahta.
Peran Organisasi Mahasiswa
Setelah KPU telah memberikan lampu hijau
untuk 10 partai politik peserta Pemilu 2014 untuk berkampanye maka ada
persyaratan yang harus di penuhi oleh setiap parpol yang lolos verifikasi. Persyaratan
itu diantaranya adalah kewajiban bagi parpol untuk terlebih dahulu mendaftarkan
kepada KPU, terhadap nama-nama pengurus, juru kampanye, organisasi sayap
parpol, event organizer, serta orang seorang yang akan ditunjuk secara resmi
sebagai pelaksana kampanye.
Tidak bisa di pungkiri ada beberapa partai politk yang mempunyai organisasi sayap mahasiswa atau bisa kita sebut sebagia gerakan mahassiswa baik itu di akui secara terang-terangan maupun sembunyi-sembunyi. Gerakan mahasiswa yang notabene menjadi sayap mahasiswa dari partai politik tentu akan mengkampanyekan visi dan misi politik dari partai politik tersebut, sehingga sering kali ini juga sebenarnya yang membuat gerakan mahasiswa yang awalnya idealis,kemudian bergeser cenderung pragmatis diakibatkan harus mengikuti kebijakan partai politiknya, karena semuanya bisa di korbankan untuk memenuhi kepentingan parpol.
Selain itu yang harus kita pahami adalah
organisasi mahasiswa di Indonesia dapat dikategorikan ke dalam 2 jenis, yaitu
organisasi mahasiswa intrakampus dan ekstrakampus. Jika gerakan mahasiswa
sering kita kategorikan sebagai organisasi mahasiswa ekstrakampus, maka yang
termasuk dalam organisasi mahasiswa intrakampus adalah BEM, HIMA dan LDK dalam
kampus. Organisasi mahasiswa intrakampus semacam ini terkadang juga
dimanfaatkan meskipun tidak secara terang-terangan.
Hubungan
Mahasiswa dan Partai Politik
Sebagai bagian dari periode hidup,
kehidupan kampus hanya bersifat sementara dan sangat singkat bagi mahasiswa.
Bagi mahasiswa yang mempunyai sifat dan kecenderungan memperhatikan kehidupan
masyarakat, mereka akan sellau mengaktifkan diri mereka dalam sebuah organisasi
mahasiswa, baik itu intra maupun ekstra kampus. Setelah kaktifan di organisasi
mahasiswa yang sing sekitar 4-5 tahun, maka mahaisswa membutuhkan kendaran
politik lanjutan untuk tetap bisa memberikan kontribusi kepada masyarakat, maka
pilihan itu tentu saja dengan cara bergabung dengan partai poltik. Karena
dengan menggunakan parpol sebagai kendaraan politik memudahkan bagi mahasiswa
tadinya untuk merealisasikan ide-idenya.
Yang menjadi pertanyaan adalah apakah
idealisme mahasisawa tersebut sama dengan idealisme partai politik yang ada?
jika sama, maka dapat dipastikan mahasiswa tersebut akan bergabung dengan
partai politk. Nah, yang menjadi masalah
adalah jika tidak ada satupun partai politik yang sama dengan idealismenya maka
akan ada tiga kemungkinan, pertama, dia akan membuat partai politik sendiri,
kedua, dia akan mencalonkan diri melalui jalur independen dan yang ketiga
adalah akan merealisasikan idealismenya tadi dengan tidak bergabung dalam
politik praktis, tetapi dengan membuat LSM, Lembaga kemanusiaan, atau yang lainnya.
Tapi yang hatus kita pahami adalah apapun aktivitas dari mahasiswa tersebut
jika ia mempunyai pengaruh maka sesungguhnya itu adalah aktivitas politik,
kenapa? Karena politik itu adalah aktivitas bagaimana cara mempengaruhi orang
lain.
Kemana
Arah Keberpihakan Mahasiswa?
Keberpihakan mahasiswa tidak bisa diarah
kepada masyarakat atau kepentingan partai. Karena sejatinya, masyarakat juga
banyak yang
awam tentang apa yang sesungguhnya mereka butuhkan dalam hidup ini, semua itu
harus di kembalikan pada idealisme mahasiswa yang memang itu menjadi kebutuhan
mendesak masyarakat. Nah, kata kunci dari kebutuhan masyakat itu adalah
bagaimana mereka hidup dengan kemulian yang hakiki tidak berada penindasan.
Imaduddin Al Faruq
Arsitek Politik
0 comments:
Post a Comment