Pria tampan nan menawan, kaya penuh
harta, punya kedudukan tinggi, sekilas seperti itulah pria dambaan wanita di
zaman ini. Wanita mana yang nggak klepek-klepek
melihat pria seperti itu. Kita bisa melihat hal serupa dalam acara-acara konser
di tanah air ini. Mulai dari konser boyband yang saat ini lagi sangat trend,
konser boyband korea, konser artis hollywood seperti Justin Beaber dan lainnya
yang membuat ribuan wanita histeris, mengharu-biru bertemu sang idola. Ada yang
rela berdesak-desakkan hinggat tak sedikit ada yang meninggal di antara mereka
hanya untuk bisa melihat langsung idolanya nyanyi, nge-dance, dan sebagainya.
Ada juga yang bela-belain nabung atau merengek minta uang sama orang tua untuk
memberikan sesuatu yang berharga seperti bunga kepada sang idola, padahal
sangat jarang pemberian mereka akan diterima dari sekian penggemar si idola.
Bahkan ada juga loh, yang merasa bangga...banget ketika mendapat seperangkat
peluk dan sekecup ciuman dari sang idola yang notabenenya mereka bukan
mahram/muhrim. Na’udzubillah...!!!
Oh iya, begitupun sebaliknya. Pria
mana sih yang mampu memalingkan wajah dari wanita yang memiliki paras cantik
nan memikat. Di tambah lagi dengan wanita tersebut anak pejabat atau anak
miliader, perfect sudah rasanya
wanita pujaan hati dambaan lelaki. Artis korea, artis hollywood, semuanya di
serbu wanita ataupun pria karna parasnya, atau karena kelebihannya mempunyai
suara yang bagus ditambah gayanya yang keren versi anak muda zaman sekarang.
Hallah . . . itu mah nggak
sepantasnya dijadikan idola, nggak seharusnya dijadikan dambaan hati. Mereka
yang mengeksplorasi fisik dan materi fana,
mengeksploitasi diri mereka dengan mengumbar aurat dengan dalih “keren” yang
dapat membawa kita kepada apa yang mereka cintai. Dengan bermodalkan tampilan
yang keren dan cool mereka dapat menghipnotis kita dalam menilai orang dari
tampilan fisiknya bukan dari akhlaknya sebagaimana yang Allah perintahkan.
Padahal nih ya, kita semua tau, kita dan mereka tak mampu memungkiri bahwa
setiap jiwa pasti mengalami yang namanya kematian, setiap yang bernyawa akan
rusak dimakan waktu, termasuk fisik yang keren dan cool, termasuk juga wajah
cantik dan tampan akan sama-sama dilahap belatung. Jadi, tak ada yang perlu
dibanggakan dari paras indah ini, tak ada yang perlu di andalkan dari tampilan
cool dan keren itu. Dan yang lebih ogah lagi mengidolakan mereka “Sesungguhnya kita akan bersama orang yang
kita cintai”. Mau bersama mereka di akhirat? Belum pernah disampaikan
Rasulullah bahwa jalan untuk menghindari neraka adalah tampang yang keren dan
cool. Apakah ada amal shaleh yang para artis boyband non muslim itu pernah
buat? Nihil kan jawabannya. Nggak ada juga tuh ayat Al-Qur’an ataupun hadist
yang memberitakan bahwa wajah yang cantik dan tampan itu dapat membuat orang
masuk surga. Apalagi jika yang mereka lakukan hanya dance yang mempertontonkan
keindahan aurat mereka, ataukah nyanyi sana-sini yang mengakibatkan ribuan
orang berkhalwat. Sudah tergambarkan bukan, akan kemana mereka di akhirat
kelak. Masih mau mengidolakan mereka dan bersama mereka di akhirat nanti? Kalau
saya sih, pengennya jauh-jauh dari mereka.
Setelah
mengupas entah hingga tuntas atau masih jauh dari ketuntasan tentang tipe pria
dan wanita idola kebanyakan orang saat ini, tentunya membuat kita tak mau
mengidolakan apatah lagi memilih yang seperti mereka menjadi dambaan hati kita.
Jika berbicara dambaan hati, tentunya dambaan hati haruslah seseorang yang
mampu membuat kita bahagia, bahagia dunia akhirat tentunya. Yang pasti bukan
seperti mereka yang ada di atas yah...
Wanita
sholehah, memiliki akhlak yang baik, berbakti kepada orang tua, dan menjadi
aktivis pengemban dakwah pula. Ikhwan(laki-laki) sholeh mana sih yang nggak
jatuh hati. Tentunya para ikhwan mengincar atau ingin meminang akhwat(wanita)
seperti ini. Bagaimana tidak, hanya wanita sholehah yang akan menjaga
kehormatannya dengan menutup auratnya dengan sempurna. Wanita sholehah akan
menjaga diri dan harta suaminya ketika suaminya tak berada di rumah. Wanita
sholehah akan menjadi ibu yang akan menjadi pendidik pertama dan utama untuk
anak-anaknya. Wanita sholehah akan menjadi pilihan laki-laki sholeh pula.
Begitupun sebaliknya, ikhwan sholeh pula akan menjadi pilihan para wanita
sholehah. Karena dengan keimanan dan ketaatan kepada Allah SWT, seorang
laki-laki akan menjadi imam bagi istri dan anak-anaknya. Dengan kesholehan
seorang imam akan mampu menjadi nahkoda yang akan membawa keluarganya berlayar
hingga berlabuh di surga-Nya.
Seorang gadis yang begitu cantik parasnya,
begitu cekatan dalam bekerja, santun tutur bahasanya, begitu amat sayang kepada
kedua orang tuanya, sholehah pula. Dia adalah putri kesayangan Rasulullah,
Fatimah Az Zahra. Gadis yang begitu taat kepada Rabb-nya ini dikisahkan sangat
mencintai seorang pemuda. Tapi sang gadis yang begitu menjaga kesucian cintanya
ini memilih diam, sehingga cintanya begitu terjaga dari kata, ekspresi, dan
sikapnya. Bahkan dikabarkan bahwa setanpun tak mengetahui ada cinta di hati
Fatimah Az Zahra. Hati siapa yang tak tertambat dengan putri kesayangan
Rasulullah ini. Banyak para pemuda di kala itu yang mencoba meminang wanita
sholehah ini, tapi satu per satu mereka ditolak. Entahlah, ikhwan seperti apa
yang di inginkan oleh Rasulullah dan putrinya sehingga menolak pinangan dari
para ikhwan yang luar biasa hebatnya. Tapi ternyata skenario Allah yang Maha
Pemilik Hati tak ada yang mampu menandingi keindahan yang diberikan kepada
hamba-Nya yang taat. Skenario-Nya begitu indah, dengan menyatukan Fatimah Az
Zahrah dan Ali Bin Abi Thalib dalam sebuah ikatan suci, yaitu pernikahan. Dalam
ikatan yang mampu menyatukan hati dua hamba dimana berkasih mesra bernilai
ibadah kepada-Nya.
Subhanallah, begitu indah kisah
cinta dua hamba yang dijanjikan surga-Nya. Ternyata, cinta dari seorang gadis
sholehah bernama Fatimah Az Zahrah tertujukan kepada Ali Bin Abi Thalib yang
sejak lama ia jaga kesuciannya. Fatimah menantikan sosok Ali dambaan hatinya.
Dan Ali Bin Thalib yang merupakan pemuda yang pertama memeluk agama Islam ini
adalah sosok yang dinantikan fatimah. Serasa seluruh isi jagad raya ini
berkata, begitu tepat pilihan hati Fatimah Az Zahra. Begitu serasi mereka. Dan
begitu suci cinta mereka. Saya dan kalianpun akan mengangguk tanda setuju
ketika Fatimah memilih Ali sebagai nahkoda pesiar kehidupannya.
Dalam
kitab Min Muqawimat Nafsiah Islamiyah di jelaskan cinta merupakan salah satu
kecenderungan yang akan membentuk nafsiyah (pola sikap) seseorang. Kecenderungan ini adalah perkara alami yang
berbentuk naluri yang bersifat fitri sesuai dengan penciptaan Allah.
kecenderungan ini tidak ada hubungannya dengan mahfum (pemahaman
seseorang) seperti cinta terhadap harta.
Namun ternyata kecenderungan ini juga merupakan dorongan yang berhubungan
dengan pemahaman tertentu. Misalnya, seorang akhwat yang sholehah tidak akan
mungkin mencintai seorang preman karena dalam pemahamannya, jika dia menikah
dengan seorang preman tidak mungkin akan membentuk keluarga sakinah, yang ada
malah akan membentuk keluarga preman juga. Ini membuktikan bahwa setiap cinta
seseorang pasti ada mahfum (pemahaman) didalamnya. Nah, dalam islam sendiri
setiap tindakan itu harus di dasarkan pada pemahaman islam, dan dalam islam
tindakan seorang muslim haruslah didasarkan karena Allah semata begitupun
ketika kita mencintai seseorang, cinta itu harus dikarenakan Allah semata.
Sama halnya dengan kisah Fatimah Az
Zahrah dan Ali Bin Abi Thalib di atas, kita tentunya telah mengetahui bahwa
mereka adalah sosok manusia yang terjaga ketaatannya kepada Rabb-Nya. Jadi
jelas tepat, ketika Fatimah begitu mencintai Ali, dan sangat tepat pula ketika
Ali begitu mengagumi sosok Fatimah. Lalu bagaimana dengan wanita yang ingin
menantikan pemuda seperti Ali Bin Abi thalib? Ataukah bagaimana dengan para
ikhwan(laki-laki) yang merindukan kehadiran sosok akhwat(wanita) seperti
Fatimah Az Zahra sebagai pendamping hidupnya? Hm... apa yah? Nggak perlu ngaca
kok, Seorang akhwat pasti cantik, dan seorang ikhwan pasti tampan, itu Allah
sudah berikan kepada kita. Tapi lagi-lagi yang menjadi masalah, apakah
keta’atan dan keimanan ini telah mampu di andalkan untuk menjemput bidadari
dunia itu ? Apakah kita telah benar-benar menjaga cinta ini dengan mencintai
hanya karena Allah?
“Wanita pezina hanya
untuk lelaki pezina, wanita yang baik hanya untuk lelaki yang baik”. Dari penggalan ayat Al-Qur’an di atas, Allah
udah ngasih bocoran tuh kepada kita, kalau mau mendapatkan yang baik, ya kudu
perbaikin diri dulu. Kalau soal nikah mah gampang mas bro! Saat ini begitu
banyak cara yang instan untuk nikah. Misalnya, ikutan acara program TV nikah
massal, ataukah ngajak si pacar nikah lari. Apalagi hanya sekedar kawin mah
lebih gampang lagi mbak sis! Wong binatang aja bisa kawin tiap hari kok.
Tentunya kita tidak mau hanya sekedar nikah, sekedar kawin saja lah. Yang
paling penting adalah bagaimana menjadikan momentum pernikahan kita sebagai
momentum ibadah kita kepada Allah, mendapatkan pasangan yang akan mendampingi
kita di penjara kehidupan ini dalam menggapai surga-Nya, mendapatkan pasangan
yang membuat kita yakin akan janji Allah, pasangan yang semakin menguatkan
perjuangan kita dalam membuktikan cinta kita hanya karena-Nya. Tapi ada yang bilang begini “Tapi kok ada orang sholeh dapetin istri yang biasa aja bahkan banyak
jeleknya” Justru disitulah keadilan Allah yang akan menguji hamba-Nya mana
yang benar-benar istiqomah. Jika ternyata sang suami membuat istrinya sholehah,
maka terbuktilah ayat di atas, begitupun sebaliknya jika yang terjadi malah
sang suami yang mengikuti kehancuran istrinya, begitu juga tepat ayat di atas.
Dalam
konteks ini, kita bukan menghakimi kehidupan orang lain seperti acara infotaiment
yang menjamur di telivisi, justru ini adalah bahan evaluasi diri kita untuk memperbaiki
diri menuju lebih baik, sehingga Allah memberikan yang terbaik pula untuk kita.
Ada seorang muslimah
yang sholehah, cinta kepada Rabb-Nya, cinta pada Rasulnya
dan begitu
bangga
akan agamanya,
Islam. Ia pernah menjadi tawanan kaum kafir ketika Amerika melakukan invasi
terhadap Irak. Di
dalam
penjara ia mengalami penyiksaan dan pemerkosaan dan ia telah
meninggal dalam penjara karena penyiksaan yang ia
terima. Sebelum Allah
mengambilnya dari tangan-tangan manusia yang begitu biadab, ia pernah
menulis surat yang isinya menceritakan tentang keadaan yang dia alami bersama rekannya selama di dalam
penjara,
yaitu mereka dijadikan sebagai pelampiasan seksual para lelaki hina nan bejat.
Namun ada
sebuah kalimat
yang begitu membekas dan menjadi tamparan
hebat dalam surat itu bagi para ikhwan yang peduli dengan keadaan saudaranya di
belahan bumi manapun yaitu “Kehormatan
kami (akhwat) adalah kehormatan kalian (ikhwan) juga ”. Nama wanita yang syahid itu adalah
Fatimah,
seorang akhwat yang selalu menyimpan Al-Qur’an di hatinya dan menerima gelar
kehormatan syahidahnya di dalam penjara.
Dan ketika
surat itu jatuh di
tangan mujahidin Irak, diantara mujahid itu ada salah seorang yang ber’azzam untuk
meminang Fatimah. Karena mujahid ini menganggap Fatimah adalah seorang
mujahidah yang suci, tetapi telah di kotori oleh kaum kafir. Dia adalah Abu
Muawiyah as Syamali. Yah, dialah
mujahid itu,
mujahid yang dinantikan Fatimah di surga, seorang pemuda yang berani
melamar Fatimah, melamar seorang mujahidah yang belum pernah ia temui sebelumnya namun ia
begitu
mencintainya karena kecintaan sang akhwat kepada Rabb-Nya. Bahkan
sebelum mengajukan lamarannya dia berdoa kepada Allah, “Ya Allah aku meminta kepadamu ya Rabb, untuk menikahkan aku dengan
Fatimah wanita suci yang terbunuh di penjara Abu Ghuraib yang pernah di kotori
oleh thogut keturunan babi dan monyet itu”
Seperti
biasanya setiap orang yang menikah maka wajib memberikan mahar kepada seorang
akhwat yang akan dinikahinya. Begitupun Abu Muawiyah, dia telah menyiapkan
mahar untuk Fatimah dan mahar itu adalah sebuah tabung gas. Yah, sebuah tabung gas!
Tabung
gas yang akan membuatnya bergelar syahid dan jalannya untuk menjemput bidadari
yang akan menemaninya di surga..
Itulah episode kisah nyata seorang mujahid dan mujahidah di medan jihad. Mereka
membuktikan cintanya dengan syahid di jalan-Nya. Surga adalah tempat
istirahat mereka yang kekal, surgalah yang menjadi tempat terindah mereka
memadu kasih. Mereka telah bersama di labuhan surga setelah berlayar di medan
jihad. Dengan kemulian dan kepastian janji-Nya, maka hanya
Allah
lah yang kelak mempertemukan kedua hambanya ini.
Sungguh, begitu menggugah hati kisah cinta mujahid dan mujahidah ini. Begitu
bangga dan bahagia seorang Fatimah dalam menantikan seorang mujahid yang akan
datang melamarnya dan kelak bersamanya di surga. Begitupun dengan Abu Muawiyah,
hal yang amat terindah baginya ketika ditunggu oleh seorang bidadari di surga.
Siapa
sih yang tidak ingin bersama dambaan hatinya di surga? Tentu semua bergumam "saya” tanda ingin. Mereka telah
menemukan kebahagiaan yang sejati. Karena yang mereka cintai dan nantikan
bukanlah sembarang orang, hati mereka memang hanya untuk orang yang akan
mengantarkannya kepada cinta yang sebenar-benarnya. Cinta Fatimah Az Zahra
tertuju kepada sosok pemuda yang begitu dicintai Rasulullah, pemuda yang di
usianya sangat muda berani memeluk Islam, dan tentunya pemuda yang menjadi
pemimpin kaum muslim, serta syahid adalah jalannya menemui Rabb nya. Di adalah
Ali Bin Abi Thalib. Hati seorang Abu Muawiyah, seorang mujahid tangguh, bukan
untuk sembarang wanita, hatinya tertambat bukan kepada wanita yang gemar
memerkan aurat, bukan kepada wanita yang menggadaikan kehormatannya atas nama
cinta palsu, tapi hati seorang mujahid Abu Muawiyah tertuju kepada seorang
mujahidah, seorang wanita yang tetap mencintai Al-Qura’an dan Tuhan nya
meskipun disiksa di dalam penjara oleh orang-orang kafir.
Lalu,
bagaimana dengan diri ini? Apa yang mampu di andalkan dari diri ini untuk
dinantikan oleh bidadari pujaan hati. Apa yang akan dipersembahkan kepada
pujaan hati yang tengah dipersiapkan Allah untuk menjemput diri ini. Tentunya,
saya dan Anda mendambakan seseorang yang akan mengantarkan kita kepada
surga-Nya. Kita mendambakan seseorang yang membuat cinta kita kepada Allah
semakin kuat tertanam. Kita menantikan seorang yang sholeh dan sholehah
tentunya. Tapi, hamba Allah dambaan hati kita bukanlah sembarang orang, mereka
adalah orang yang mengabdikan hidupnya hanya untuk beribadah kepada-Nya,
seseorang yang kita nantikan itu adalah orang yang menjadikan seluruh
aktivitasnya bernilai ibadah kepada-Nya, seseorang yang selalu ada di setiap
alunan syair hati dan lantunan do’a kita itu adalah mereka yang menjaga
kesucian dan kehormatannya. Cinta yang diberikan Allah kepada sosok impian kita
itu bukan untuk sembarang hati. Cinta suci mereka bukan untuk cinta karena hawa
nafsu, kekuatan cinta mereka hanya untuk mereka yang kuat dalam memperjuangkan
agama Allah dan tetap istiqomah dalam ta’at kepada Allah.
“Wanita pezina hanya
untuk lelaki pezina, wanita yang baik hanya untuk lelaki yang baik”.
Sepenggal ayat Al-Qur’an yang menjadi motivasi terbesar kita. Sebuah motivasi
dari Pemilik hati yang kita dambakan. Jadi, tak ada kalimat mimpi di siang
bolong. Tak ada pepatah “Bagaikan pungguk
merindukan bulan” bagi para pejuang cinta sejati karena Allah telah memberikan
tips jitu dan ampuh pada kita. Tinggal bagaimana kita kembali mengevaluasi
diri. Bagaimana kita memperbaiki diri, bagaimana kita benar-benar mengabdikan
hidup ini hanya untuk beribadah kepada-Nya, dan bagaimana kita menjaga hati ini
agar tetap dalam keimanan dan keta’atan kepada-Nya sehingga cinta kita bukan
untuk sembarang hati melainkan untuk seorang yang cinta kepada-Nya. Dan hingga kelak, Allah akan menyatukan kita
dengan hamba sang dambaan hati, dambaan hati yang akan menemani menjalani
bahtera hidup menggapai Ridho-Nya.
*Nurul Az Zahrah*
0 comments:
Post a Comment