Ada seorang pemuda kehilangan sebuah sandal yang dia simpan
di pekarangan mesjid, kemudian dia menggerutu di dalam hati, dan berkata
“kemana sandalku itu, siapa yang mengambilnya?”. Setelah lama mencarinya dia
pun pulang dengan rasa kecewa yang bercampur marah. Dalam perjalanan di melihat
sebuah sungai kemudian dia singgah di penggirannya sambil berhadapan dengan sungai tersebut,
kemudian dia mengeluarkan kemarahannya yang dia pendam sambil berteriak,
“kenapa sandalku hilang?”!!!.
Kemudian datang seorang tua mendekatinya sambil
bertanya,”ada apa denganmu anak muda?” kenapa engkau berteriak dan menggerutu
seperti itu?”. Pemuda ini kaget, dan hanya membalikan kepalanya sambil badannya
tetap menghadap kesungai. Kemudian si pemuda
menjawab, “Tidak ada apa-apa pak”, sambil membalikkan kembali kepalanya. ”Tak
usah berbohong, aku medengarmu berteriak-teriak tadi, ada apa? katakanlah”.
Tanya orang tua itu. Kemudian pemuda itu menjawab, “ Aku kehilangan sandalku,
sandal yang baru aku beli, dari hasil tabunganku selama sebulan.
Kemudian Bapak itu berkata, “O... hanya itu yang membuatmu
marah?”. Sambil tetap menghadap ke sungai, “Iya pak” jawab pemuda tadi. Orang
tua itu berkata, “Hai Pemuda perhatikanlah aku”. Pemuda ini kemudian membalikan
lagi kepalanya dan memperhatikan wajahnya dan berkata, “ada dengan dirimu pak,
aku tidak melihat ada apa-apa sana”. Sambil tersenyum, orang tua itu berkata
kembali, ”Perhatikan lagi dengan lebih seksama”. Kemudian pemuda ini berbalik
lagi dan memperhatikan orang tua itu lebih seksama kemudian pemuda ini
MENANGIS...
Ternyata orang
tua itu tidak mempunyai kaki! Pemuda itu menangis karena orang tua yang menegurnya
itu ternyata tidak mempunyai kaki dan akhirnya dia menyadari bahwa dia tidak pantas menangis
hanya karena kehilangan sandal, karena orang tua yang ada di hadapanya itu
telah kehilangan kakinya.
Bagaimana dengan kita?, sejauh kita sakit hati ketika
kehilangan barang yang kita cintai? Apakah akan lebih marah dan mengerutu,
memaki si pencuri atau lebih dari itu? Tapi itulah manusia, ketika mencintai
sesuatu akan sangat sakit jika kehilangannya, baik itu barang atau pun
seseorang yang di cintai. Yang jadi pertanyaan adalah, kenapa dirimu sakit hati ketika sesuatu
yang engkau cintai itu hilang? Karena sesuatu itu engaku simpan didalam hatimu!
Maka jika engkau mempunyai harta jangan pernah simpan dia di hatimu, misalnya saja
ketika engkau membeli sepatu yang baru kawan, cukup simpan di kakimu kawan,
jangan simpan di hatimu. Karena sepatu yang engkau beli itu memang hanya untuk
melapisi kakimu, bukan untuk melapisi hatimu.
Lihatnya Qarun yang menyimpan harta di hatinya, membuatnya
begitu tergila-gila pada harta dan akhirnya Allah menenggelamkanya bersama
dengan harta yang ia milikinya. Maka sangat tidak layak bagimu untuk mengerutu
dan marah ketika harta itu hilang kawan. Sungguh, sangat tidak layak...!!!
Maka tidak salah ketika Rasulullah bersabda, “Celakalah
seorang hamba dinar, orang yang menjadi hamba dirham, orang yang menjadi hamba
toga atau pakaian, jika diberi ia bangga, bila tidak diberi dia marah. Mudah –
mudahan dia celaka dan merasa sakit. Jika ia terkena musibah, ia takkan
menemukan jalan keluarnya”. ( H.R Tirmidzi )
Sama halnya ketika mencintai seseorang, jangan
simpan dia dihati, cukup simpan dia di sisi, karena jika di dihati maka kitakan takut kehilangan, serta akan merasa sakit, menangis dan mungkin juga marah.
Walaupun kita sadar bahwa sesuatu yang ada di dunia ini ada batasnya begitu
dengan orang yang engkau cintai itu. Ia mempunyai keterbatasan, jika
bukan engkau yang meninggalkan dia, maka dia yang akan meninggalkanmu.
Ingatlah... Itu sebuah kepastian kawan!
Cukuplah Allah yang ada di hatimu, menjagamu dan
membimbingmu karena ketika harta dan orang yang engkau cintai itu pergi engkau
akan tenang. Kenapa? Karena itu semua tidak engku simpan di hatimu kawan dan
hatimu tak pernah merasa memilikinya. Seperti halnya kang Kemas Mahmud Al Hanif
dalam bukunya “Agar Usia Tak Sekedar Angka” berkata, “Wahai istriku
dan anakku, sungguh
kalian hanya ada di sisiku dan bukan di hatiku, di hatiku hanya ada Allah, Abba mencintai dan
menyayangi kalian karena Allah SWT”.
Kalaupun seandainya harta itu bisa berbicara mereka
akan berkata kepadamu, “Jangan Simpan Aku di Hatimu... !!!”. Engkau tau kenapa?
Karena kelak harta itulah yang akan menghalangi kita untuk menikmati surga Allah. Begitupun
dengan pasangan hidupmu kawan, katakanlah kepada pasangan hidupmu, “Jangan
Simpan aku di hatimu, Cukuplah aku di sisimu untuk mendampingimu dengan segala
keterbatasku dan Allah berada di hatimu untuk menjaga cinta kita untuk
menikmatinya hingga ke surga nanti!”. Sunggguh, itu lebih baik daripada dunia
dan seisinya kawan.
Imaduddin Al Faruq
Arsitek Politik
0 comments:
Post a Comment